Selasa, 13 Mei 2014

Sssstttt.... DIAMLAH

(Hanya untuk diketahui : tulisan ini dibuat kurang lebih bulan Juni tahun lalu dan tersimpan rapi d laptop saya. Hasil merapikan file di laptop mempertemukan kami kembali, hehe..)

Sudah 2 bulan ini saya mengambil kuliah akta mengajar di STAK (Sekolah Tinggi Agama Kristen) Negeri Kupang. Tempatnya di samping SLTP Negeri 2 Kupang (sekedar info ;-)). Kuliah dimulai dari hari senin-Jumat, pukul 15.00-18.00 Wita, kecuali hari senin sampai pukul 19.30 Wita. Teman-teman kuliah saya kebanyakan sudah bekerja sebagai guru, berusia 30 tahun ke atas dan sudah berumahtangga. Bisa dibayangkan capek dan letihnya mereka ketika pagi hari ke sekolah untuk mengajar, mengurus rumah tangga sepulang sekolah dan sorenya kuliah. Saya sebagai seorang lajang saja  terkadang merasa lelah. Bahkan terkadang kami dari sekolah langsung ke tempat kuliah. Tapi, saat ini saya tidak akan menceritakan tentang teman-teman kuliah ataupun kelelahan yang kami alami (walaupun sedikit sudah saya ceritakan, hehe.. )

Kali ini, saya akan mensharingkan bagaimana Tuhan mengingatkan saya kembali tentang suatu pelajaran yang dulu pernah Ia ajarkan melalui proses kuliah S1 dan masa-masa kritis sebagai alumni baru. Dan Ia mengingatkan saya kembali melalui cara mengajar seorang dosen. Mungkin terkesan aneh, tapi itulah Tuhan. Ia bisa mengingatkan, mengajar, mendidik bahkan menegur kita dengan caraNya, yang terkadang "aneh" bagi kita.

Ada seorang dosen yang mengajar mata kuliah "perkenbangan peserta didik" di hari selasa pukul 16.00-18.00 wita, sebut saja Pak IL.
Dosen ini sudah sedikit tua, umurnya sekitar 55-60 tahun. Ia sedikit gagap kalau bicara dan terkesan lambat karena ia pernah mengalami stroke. Setiap kali bapak ini masuk mengajar, ia selalu menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Gaya mengajarnya ini membuat kami mengantuk dan cenderung bosan, mungkin karena kami lelah. Minggu pertama sampai minggu ketiga kuliah dengannya, saya pun merasa demikian. Apalagi kalau sudah dicolek, diajak bercerita, diganggu dengan sms atau miscall dari teman-teman. Akibatnya, saya tidak mengerti apa yang diajarkan oleh bapak ini.

3 minggu menjalani masa kuliah seperti itu (perlu diperhatikan, hanya di mata kuliah ini saja saya bersikap seperti anak SMA, hehe), saya berpikir ini tidak benar (memang!). Saya harus tetap memperhatikan apa yang di ajarkan. Pasti ada sesuatu yang istimewa dan berharga, meskipun sedikit. Kan hal yang berharga itu biar sedikit, nilainya tetap berharga (sokbijak.com;-)).

Minggu berikutnya, saya mulai insaf, mulai berlaku seperti mahasiswa yang sesungguhnya, mulai mendengar, mulai memperhatikan dengan seksama apa yang di ajarkan bapak IL. Saya tidak membiarkan diri saya diganggu teman-teman. Memasang profil diam di hp, duduk sedikit di belakang (karena kami duduknya leter U), langsung berhadapan dengan dosen dan tidak menoleh ke kiri atau kanan.

Dan akhirnya, saya mendapati apa yang saya yakini. Pak IL ini walaupun mengajar dengan cara yang membosankan dan lambat tapi banyak hal yang bisa saya pelajari. Ia selalu menjelaskan dengan detail setiap materinya, membagikan pengalamannya selama mengajar (khususnya trik dan cara menghadapi kejadian-kejadian di sekolah, bagaimana menangani siswa/i dengan berbagai sikap mereka, dll) dan yang paling saya sukai adalah kalimat2 positif, pembangkit semangat mengajar dan motivasi yang selalu ia berikan di akhir materinya.
Kalau saya tidak diam, saya tidak nendapat semuanya itu.

Ini mengingatkan saya tentang cara Tuhan mengajarkan sesuatu pada kita. Tuhan selalu mengajar dan memberitahukan sesuatu tapi suara kita terkadang lebih besar dari suaraNya. Akhirnya yang selalu kita dengar adalah suara kita sendiri. Keep calm, be quiet and you can get something.
Terkadang kita merasa bosan dan cenderung protes ke Dia. "Hanya begini-begini sa ko Tuhan?". Cobalah diam dan amati. Banyak hal yang Ia buat dalam diri kita. Ia selalu bicara dengan caraNya.
Dengan tenang dan diam, kita dapat menemukan makna yang berarti dari suatu proses/pelajaran.
Bapak saya sering menasehati kami "dengan tetap tenang dan diam, kamu jadi lebih fokus dan mengerti kehendak Tuhan".
Bukankah diam itu adalah emas??? ;-)

Jadi, sekarang diamlah, jangan berisik! Tuhan sedang berbicara.
Ssssttt... DIAMLAH..!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar