Jumat, 16 November 2012

2 ANAK ITU...

Ada 2 anak yang kutemui, mempunyai karakter yang hampir mirip karena mempunyai cerita yang hampir sama pula.

ANAK PERTAMA
Anak pertama ini sangat kukenal. Ia begitu ceria di masa kecilnya. Ia menjadi hiburan bagi kami terutama bagi mamaku yang  menderita kanker rahim. Bernyanyi apa saja dan tanpa henti. Bisa 2-4 jam ia bernyanyi. Dari lagu2 yang jelas sampai tidak jelas. Bahkan ketika kami yang mendengarnya sudah merasa capek, ia masih semangat dengan nyanyiannya yang tidak jelas. Begitulah kebiasaan keponakanku yang berumur 3 tahun waktu itu. Selain bernyanyi, ia sangat berani untuk anak seusianya. Ia berani berbicara dengan siapa saja, berani tampil di depan umum untuk bernyanyi. Pemberani, cerewet dan ceria, begitulah orang2 mengenalnya.
Tapi sekarang, lihatlah... Ia, seorang gadis remaja berumur 15 tahun, kelas X SMU, duduk sendiri di kamarnya. Pulang sekolah hanya duduk diam dalam rumah, tidak pernah bergaul dengan teman2 sebayanya di kompleks perumahan mereka. Ia sangat pendiam dan pemalu juga penakut. Ia takut berbicara dengan orang lain, ia takut mengemukakan pendapatnya bahkan dengan papanya sendiri. Ia juga sangat ketakutan ketika tampil di depan umum apalagi ketika dikritik. Pernah suatu kali, adikku mengajaknya mengikuti audisi pencarian anggota paduan suara, ia begitu ketakutan melihat banyak orang yang mengikuti audisi tersebut padahal audisinya sendiri2 dalam ruangan. Ia bahkan tidak mau turun dari motor karena melihat dan mendengar orang2 tersebut bernyanyi. Ia mempunyai suara yang bagus tapi tidak mempunyai rasa percaya diri. Penakut, pendiam dan pemalu, demikianlah sekarang orang mengenalnya.

Mengapa ia begitu berbeda??? Kami sekeluarga memakluminya dan membangkitkan semangat dan mentalnya perlahan2.

Ia adalah korban kekerasan dalam rumah tangga. Ia melihat dengan matanya sendiri ketika berumur 5-12 tahun, ayahnya memukul ibunya. Ia merasakan betapa sangat menderita ibunya. Dari situlah, ia mulai berbeda. Menjadi pemalu dan takut dengan semua orang terutama ayahnya. Ia tidak berani untuk meminta apa2 pada ayahnya karena takut dipukul. Ia juga tidak mau didekati apalagi dipeluk ayahnya.  

Karena orangtua, anak itu berubah drastis. 


ANAK KEDUA
Aku baru mengenalnya beberapa bulan ini. Ia adalah anak kenalan kakak iparku dari Larantuka. Ia datang ke Kupang bersama ayah dan kakaknya karena masalah orangtuanya.

Kemarin, kami sekeluarga bersama mereka pergi mengunjungi keluarga di Oebelo, Kupang Timur sekaligus melihat perbaikan kuburan mama. Ia duduk di kursi belakang bersama aku dan keponakan2ku yang lain. Tapi lihat dan bandingkanlah dia dengan keponakan2ku. Duduk bersama kami tapi tak pernah bicara sedikitpun. Ketika ditanya, dia hanya mengangguk, menggeleng atau hanya diam menatap kami. Sangat berbeda dengan teman2 seumurannya yang penuh dengan keingintahuan dan  banyak berbicara. Ketika temannya bermain, ia hanya duduk dan melihat, sesekali ia ikut bermain tapi sangat sedikit berbicara. 
Pendiam dan pemalu. Hatiku begitu sedih melihatnya. Mengajaknya bermain tapi tidak seceria yang lain. Ketika dia tersenyum, entah mengapa aku begitu bahagia.

Penasaran dengan keadaannya, ku beritahukan dan bertanya pada kakaku tentang keadaannya. Jawab kakakku "dia begitu karena melihat papa dan mamanya berkelahi". Ia menjadi pendiam, penakut, dan pemalu karena melihat orangtuanya berkelahi di umurnya yang masih 3 tahun... Ia menjadi begitu karena papanya membawa kabur mereka dari mamanya dan datang ke Kupang.

Sekali lagi, karena orangtua, anak ini berubah drastis.



Orangtua yang sebenarnya harus menjadi teladan, tempat perlindungan dan tempat anak2 mengadu.
Perbuatan yang diperbuat kita di depan anak2 akan berpengaruh baginya di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Menjadi orang tua memang tidaklah mudah tapi ketika diberi kepercayaan itu, gunakan dengan baik2 untuk kebaikan anak2, jangan malah orangtua sendiri yang merusak mental anak2.
Saya, sebagai orang muda pun dapat mengambil pelajaran berharga dari 2 anak tersebut. Sebagai seorang lajang, saya diingatkan untuk memilih teman hidup yang benar dan sesuai kehendak Allah untuk bersama2 mendidik anak2 kami. Pemilihan yang salah akan berdampak pada cara kita menangani masalah dan anak2.

Mari, kita terus berdoa untuk para orangtua agar dari mereka tumbuh anak2 yang takut Tuhan, anak2 yang penuh dengan semangat dan ceria menghadapi hari2 kehidupan.
Mari, kita juga terus berdoa bagi para orang muda yang belum menikah, agar dapat mempersiapkan diri dengan benar di hadapan Tuhan, sehingga ketika di beri kesempatan menjadi orang tua, mereka dapat menggunakan kewajiban itu dengan penuh takut Tuhan.

Loniwati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar